CERAMAH
RAMADHAN
Minggu, 17
Mei 2020
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Ceramah hari ini yaitu tentang:
MENGGAPAI
RIDHA ALLAH DENGAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
Dalam menggapai ridha Allah ‘Azza wa Jalla melalui
orang tua adalah birrul walidain. Birrul
walidain (berbakti kepada kedua orang tua) merupakan salah satu hal yang
penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an, setelah memerintahkan manusia untuk
bertauhid, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan untuk berbakti kepada orang
tuanya. Seperti tersurat dalam surat al-Israa’ ayat 23-24, Allah Ta’ala
berfirman:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ
كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا
قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ
رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan
beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah
kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya
dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” [QS. Al-Israa’
: 23-24]
Perintah birrul
walidain juga tercantum dalam surat an-Nisaa’ ayat 36:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ
مُخْتَالًا فَخُورًا
“Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua
orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat,
tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil [1], dan hamba sahaya yang kamu
miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan
diri.” [QS. An-Nisaa’ : 36]
Dalam surat al-‘Ankabuut ayat 8, tercantum larangan
mematuhi orang tua yang kafir jika mereka mengajak kepada kekafiran:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۖ وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۚ إِلَيَّ
مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat)
kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang
itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu,
dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” [QS. Al-‘Ankabuut
(29): 8]
Yang dimaksud ihsan pembahasan ini adalah berbakti
kepada kedua orang tua, yaitu menyampaikan setiap kebaikan kepada keduanya
semampu kita dan bila memungkinkan mencegah gangguan kepada keduanya. Menurut
Ibnu ‘Athiyah, kita juga wajib mentaati keduanya dalam hal-hal yang mubah (yang
diperbolehkan syari’at), dan harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan
keduanya dan menjauhi apa-apa yang dilarang (selama tidak melanggar
batasan-batasan Allah ‘Azza wa Jalla). Sedangkan ‘uququl walidain adalah gangguan yang ditimbulkan seorang anak
terhadap keduanya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contoh gangguan
berupa perkataan, yaitu mengucapkan “ah”, berkata dengan kalimat yang keras
atau menyakitkan hati, menggertak, mencaci maki dan lain-lain. Sedangkan yang
berupa perbuatan adalah berlaku kasar, seperti memukul dengan tangan atau kaki
bila orang tua menginginkan sesuatu atau menyuruh untuk memenuhi keinginannya,
membenci, tidak mempedulikan, tidak bersilaturrahim, atau tidak memberi nafkah
kepada kedua orang tuanya yang miskin.
Keutamaan
Berbakti Kepada Orang Tua dan Pahalanya
1.
Merupakan Amal Yang Paling Utama
Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata:
سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ
عَلَى وَقْتِهَا، قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: بِرُّالْوَالِدَيْنِ،
قَالَ: قُلْتُ ثُمَّ
أَيُّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ
فِي سَبِيْلِ اللهِ
“Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam, ‘Amal apakah yang paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal
waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada
kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di
jalan Allah’”
2.
Ridha Allah Bergantung Kepada Ridha
Orang Tua
Sesuai hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam, disebutkan
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: رِضَا
الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسُخْطُ الرَّبِّ فِي سُخْطِ الْوَالِدِ
“Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma,
bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah
bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada
kemurkaan orang tua”
3.
Berbakti Kepada Orang Tua Dapat
Menghilangkan Kesulitan Yang Sedang Dialami
Yaitu, dengan cara bertawassul dengan amal shalih
tersebut. Dalilnya adalah hadits riwayat dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma
mengenai kisah tiga orang yang terjebak dalam gua, dan salah seorangnya
bertawassul dengan bakti kepada ibu bapaknya. Haditsnya sebagai berikut:
انْطَلَقَ
ثَلاَثَةُ رَهْطٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَتَّى أَوَوُا الْمَبِيْتَ إِلَى
غَارٍ فَدَخَلُوْهُ، فَانْحَدَرَتْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهَا
الْغَارَ. فَقَالُوْا :
إِنَّهُ لاَيُنْجِيْكُمْ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ إِلاَّ
أَنْ تَدْعُوْا اللهَ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ. فَقَالَ
رَجُلٌ مِنْهُمْ: اَللَّهُمَّ
كَانَ لِي أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيْرَانِ وَكُنْتُ أَغْبِقُ قَبْلَ هُمَا
أَهْلاً وَ لاَ مَالاً، فَنَأَى بِي فِي طَلَبِ شَيْئٍ يَوْمًا فَلَمْ أُرِحْ
عَلَيْهِمَا حَتَّى نَامَ فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوْقَهُمَا فَوَجَدْتُهُمَا
نَائِمَيْنِ. فَكَرِهْتُ
أَنْ أَغْبِقَ قَبْلَهُمَا أَهْلاً أَوْمَالاً، فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عَلَى
يَدَيَّ أَنْتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُمَا حَتَّى بَرَقَ الْفَجْرُ فَاسْتَيْقَظَا
فَشَرِبَا غَبُوقَهُمَا. اَللَّهُمَّ
إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ
فِيْهِ مِنْ هَذِه الصَّخْرَةِ، فَانْفَرَجَتْ شَيْئًا
“ …Pada suatu hari tiga orang dari ummat sebelum
kalian sedang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki
sebuah gunung. Ketika mereka berada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar
runtuh dan menutupi mulut gua. Sebagian mereka berkata kepada yang lain:
‘Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan.’ Kemudian mereka memohon
kepada Allah dan bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah
menghilangkan kesulitan tersebut. Salah satu di antara mereka berkata: ‘Ya
Allah, sesung-guhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia
sedangkan aku mempunyai isteri dan anak-anak yang masih kecil. Aku menggembala
kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada
kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk
mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang sudah larut malam dan aku
dapati orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana
sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi keduanya namun
keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek menangis untuk meminta
susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa
pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku.
Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku
bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu
kuberikan kepada anak-anakku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini adalah
perbuatan yang baik karena mengharap wajah-Mu, maka bukakanlah mulut gua ini.’
Maka batu yang menutupi pintu gua itu pun bergeser sedikit..”
4.
Akan Diluaskan Rizki dan
Dipanjangkan Umur
Sesuai sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ أَحَبَّ
أَنْ يُبْسَطَ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan
di-panjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyam-bung silaturrahimnya.”
Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan adalah
silaturahmi kepada orang tua sebelum kepada yang lain. Banyak di antara
saudara-saudara kita yang sering berkunjung kepada teman-temannya, tetapi
kepada orang tuanya sendiri jarang, bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih
kecil, dia selalu bersama orang tuanya. Sesulit apa pun harus tetap diusahakan
untuk bersilaturahmi kepada kedua orang tua, karena dekat kepada keduanya
-insya Allah- akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umurnya.
5.
Akan Dimasukkan Ke Surga Oleh Allah
‘Azza wa Jalla
Berbuat baik kepada orang tua dan taat kepada keduanya
dalam kebaikan merupakan jalan menuju Surga. Sedangkan durhaka kepada orang tua
akan mengakibatkan seorang anak tidak masuk Surga. Dan di antara dosa-dosa yang
Allah ‘Azza wa Jalla segerakan adzabnya di dunia adalah berbuat zhalim dan
durhaka kepada orang tua. Dengan demikian, jika seorang anak berbuat baik
kepada orang tuanya, Allah akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka, dengan
izin Allah ‘Azza wa Jalla dan akan dimasukkan ke Surga.
Jadi, sudahkah kita berbakti pada orang tua kita hari
ini, kemarin, dan beberapa waktu ke belakang? Atau malah kita selalu
mengecewakan keduanya? Ingat, berkat orang tualah kita masih bisa menikmati
hidup hingga hari ini. Keduanyalah yang mengasuh kita dengan penuh kasih
sayang, mengorbankan siang dan malamnya untuk kebaikan kita, mengucurkan banyak
keringat dan air mata untuk kebahagiaan kita. Mari kita muliakan kedua orang
tua kita selagi masih ada, janganlah mengatakan “ah” kepada keduanya dan
janganlah membentak keduanya, serta ucapkanlah perkataan yang baik pada
keduanya. Jika sudah tiada, doakan dan mohonkan ampunan untuk keduanya. Dengan
begitu, semoga kita semua dapat menggapai ridha Allah SWT. Amiin Ya Robbal
Alamin.
Wassalamua’alaikum Warahmatullahi Wabaratuh.